
PERADABAN
TINGGI DI DUNIA
Disusun oleh
Nama : Tripthagora
Yuniar Anwar Putri
Kelas : X-MS
6
No : 40
Pengampu : Astuti
Rubiytun, S.Pd. M.Si
PERADABAN
TINGGI DI DUNIA
I.
Peradaban Lembah Sungai Indus
Jazirah India terletak di Asia
Selatan. India juga disebut Anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah
terpisah dari daratan Asia. Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang
menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah
lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut
Celah Khaibar. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting
yaitu sebagai berikut.
1) Bahasa
Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
2) Bahasa
Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi,
dan Berahui
3)
Bahasa
Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah
bahasa Sanskerta dan Prakreta.
4)
Bahasa
Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa
Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Mempelajari
bahasa Sanskerta merupakan salah satu upaya untuk mengetahui perjalanan sejarah
bangsa Indonesia pada masa lalu. Hal ini juga ditujukan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia, di luar
pengaruhnya pada politik, ekonomi, dan pemerintahan. William Jones berpendapat
bahwa bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Parsi,
Germania, dan Kelt. Studi tertua tentang India, membawa kita ke India pada masa
interglasial II, yaitu sekitar 400.000 SM hingga 200.000 SM. Hal ini
berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis bebatuan pada lapisan tanah di
kawasan India. Dari penelitian ini, terungkaplah sebuah fakta mengenai sejarah
manusia yang mendiami kawasan itu setelah melihat artefak-artefak peninggalan
purba di Lembah Indus. Para ahli lalu menyimpulkan bahwa di kawasan ini pernah
berlangsung sebuah peradaban Lembah Sungai Indus, yang terkenal dengan nama
peradaban Mohenjodaro-Harappa, yang berkembang pada 2300 SM. Melalui Celah
Khaibar, bangsa India berhubungan dengan daerah-daerah lain di sebelah
utaranya. Daerah Lembah Sungai Indus terletak di Barat Laut India. Sungai Indus
berasal dari mata air di Tibet, mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Setelah
menyatu dengan beberapa aliran sungai yang lain, akhirnya bermuara ke Laut
Arab. Panjang Sungai Indus kurang lebih 2900 kilometer. Apabila Anda
memperhatikan Sungai Indus pada peta dewasa ini, maka sungai tersebut mengaliri
tiga wilayah yaitu Kashmir, India, dan Pakistan. Sisa peradaban Lembah Sungai
Indus ditemukan peninggalannya di dua kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa.
Penghuninya dikenal dengan suku bangsa Dravida dengan ciri-ciri tubuh pendek,
hidung pesek, rambut keriting hitam, dan kulit berwarna hitam.
Penemuan arkeologis di
Mohenjodaro-Harappa mulai terjadi ketika para pekerja sedang memasang rel
kereta api dari Karachi ke Punjab pada pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu,
ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatian Jenderal
Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jendral Arkeologi di
India. Sejak saat itu, maka dimulailah penggalian-penggalian secara lebih
intensif di daerah Mohenjodaro- Harappa.
A. Keadaan
Sosial Budaya Lembah Sungai Indus
Penggalian-penggalian di situs
Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki
tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita
memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat
istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya,
banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang,
diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat
dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf
piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf
ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu
semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di
kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah
dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda
yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang,
patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat
diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi.
Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas,
perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa
sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik.
Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah
mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa
merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka
berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah
mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat
penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta
kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata
kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal
mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian
umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan
jalan-jalan utama.
A. Perkembangan
kepercayaan Lembah Sungai Indus
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah
mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi
suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran
jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak
terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke
dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar,
disimpan di tempayan pula. Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah
tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja
orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak
lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang
lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan
pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk.
Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi
binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan
lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada
materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan
adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti
ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
B. Politik
dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
Kondisi kehidupan perpolitikan pada
masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu
dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh
kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus
itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para
penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini
bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam
tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang
relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka
tinggalkan.
C. Faktor
penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa
jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan
yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin
juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus,
mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa
dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi,
satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban
Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini
berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan
bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan
pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan
itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas
anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak
suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang
baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti
yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas
anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di
tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk
dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika
melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala
itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh,
tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak
saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian
utara.
D. Masa
Arya
a)
Perkembangan
agama Hindu dan Kerajaan Gupta
Pada tahun 1500 SM, bangsa Arya yang
berasal dari Asia Tengah masuk ke wilayah India melalui Celah Khaibar.
Kedatangan mereka mendesak bangsa Dravida. Bangsa Arya yang merupakan bangsa
penggembala berkulit putih dan badan tinggi besar berperang beberapa lamanya
dengan bangsa Dravida. Peperangan tersebut mengakibatkan bangsa Dravida pindah
ke selatan, namun ada juga yang tetap bertahan dan melakukan interaksi dengan
bangsa pendatang tersebut. Interaksi yang terus-menerus itu menimbulkan
asimilasi kebudayaan, yaitu lahirnya kebudayaan Hindu yang merupakan
percampuran kebudayaan Dravida dan Arya. Pada perkembangannya, agama Hindu
mengalami beberapa kali perubahan yaitu sebagai berikut.
Ø
Fase Weda
Pada masa ini masyarakat Hindu
mendasarkan hidupnya agar sesuai dengan ajaran Weda. Kitab Weda terdiri 4 kitab
yaitu: Regweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda. Regweda merupakan kitab
yang berisi syair puji-pujian pada dewa. Samaweda berisi nyanyian-nyayian untuk
upacara-upacara keagamaan. Yajurweda berisi doa-doa puisi dan prosa. Adapun
Atharwaweda berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit, ilmu sihir, dan doa-doa
untuk peperangan. Kitab-kitab tersebut merupakan pegangan bagi masyarakat
Hindu. Namun, pada umumnya mereka hanya mempelajari tiga kitab saja, karena
mereka menilai Atharwaweda memiliki kecenderungan kepada ilmu sihir. Tidak
semua kalangan Hindu menolak Atharwaweda. Ada sebagian kalangan, terutama para
Brahmana, yang mempelajarinya dengan tujuan untuk menangkal ilmu sihir. Pada
fase Weda umat Hindu menyembah banyak dewa (politheisme), salah satu dewa
terbesar adalah Dewa Indra, Ganesa.
Ø
Fase brahmana
Pada fase ini kaum Brahmana menjadi
kelas tersendiri dalam masyarakat Hindu yang memiliki keistimewaan yaitu
kedudukan yang tinggi. Memang, dalam sistem kasta, kaum Brahmana mendapat
posisi tertinggi, yang disusul oleh kaum Ksatria yang terdiri atas raja dan
para bangsawan serta prajurit. Kasta ketiga yaitu Waisya yang terdiri atas para
pedagang, dan keempat adalah kasta Sudra. Kaum Brahmana mendapat tempat yang
tertinggi dalam agama Hindu disebabkan kemampuan mereka dalam menerjemahkan dan
memahami kitab Weda. Pada fase ini banyak sekali diadakan upacara-upacara yang
wajib dihadiri dan dipimpin oleh kaum Brahmana. Dengan demikian, kedudukan
Brahmana menjadi teramat penting.
Ø
Fase uphanisad
Pada fase ini terjadi pemberontakan
terhadap kaum Brahmana, baik yang dilakukan oleh Ksatria (melahirkan agama
Buddha dan Jaina) maupun yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan. Pada masa
ini berkembang paham atheisme, masyarakat berbondong-bondong meninggalkan agama
Hindu.
Ø
Fase Hindu Baru
Kaum Brahmana kembali berusaha
memperbaiki ajaran Hindu yang mulai ditinggalkan pengikutnya, maka lahirlah
Agama Hindu Baru. Pada masa ini muncul tiga dewa besar (Trimurti) yaitu Siwa
(dewa perusak), Wisnu (dewa pemelihara), dan Brahma (dewa pencipta). Ajaran
Hindu berkeyakinan tentang adanya reinkarnasi, yaitu suatu pemahaman
bahwa hidup ini akan terus berulang jika manusia tidak dapat melepaskan diri dari
nafsu. Untuk lepas dari lingkaran Samsara tersebut, maka penganut
Hindu harus menyesuaikan hidupnya sesuai Weda dengan melaksanakan dharma sesuai
tuntunan kaum Brahmana. Pada masa itu bangsa Arya mendirikan Kerajaan Gupta.
Kerajaan ini diperintah oleh raja antara lain: Chandragupta, Samudra Gupta, dan
Candragupta
b)
Perkembangan
agama Buddha
Tokoh pendiri agama Buddha adalah Gautama
Sakyamuni. Nama ini mengandung arti orang bijak dari Sakya, ia
diperkirakan lahir pada 563 SM. Ia adalah putra seorang kepala daerah yang
bernama Suddhodana di Kapilavastu, perbatasan Nepal. Ketika umurnya
sudah mencukupi, Gautama menikah dengan kemenakannya yang bernama Yasodhara.
Selang beberapa waktu, Yasodhara melahirkan seorang anak yang bernama Rahula.
Pada umur 29 tahun, Gautama memutuskan untuk meninggalkan keduniawian,
meninggalkan istana dan mengembara dengan jubah kuning. Sampai pada suatu
waktu, ketika Gautama sedang duduk di bawah sebatang pohon pipala di Bodhi
Gaya, ia menerima penerangan atau Bodhi. Di tempat itu kemudian dibangun
candi yang bernama Mahabodhi.
E. Pengaruh Peradaban
Lembah Sungai Indus pada Masyarakat Indonesia
Beberapa pengaruh peradaban Lembah
Sungai Indus terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia
antara lain sebagai berikut.
Ø Pembakaran
dupa dan kemenyan ketika akan melakukan upacara.
Ø Keyakinan
tentang zimat atau benda yang mempunyai kesaktian tertentu.
Ø
Keyakinan
pada batara kala, upacara ruatan.
Ø Pengagungan
pada cerita Ramayana dan Mahabharata dalam cerita wayang
Ø Upacara
wedalan (hari lahir), sekaten, penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan
wuku, dan upacara-upacara setelah kematian seseorang.
Ø Banyaknya
kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Pali.
Ø Olahraga
pernapasan, yaitu yoga.
Ø Islam
yang berkembang di Indonesia berasal dan dipengaruhi budaya India. Hal itu
dibuktikan dengan melihat hal-hal berikut:
Batu
kubur atau nisan Sultan Malik As Saleh terbuat dari batu marmer yang memiliki
corak yang sama dengan yang ada di India pada abad ke-13, relief yang terdapat
dalam makam Sultan Malik As Saleh memiliki corak yang sama dengan yang ada di
kuil Cambay India, serta adanya unsur-unsur Islam yang menunjukkan persamaan
dengan India, salah satunya cerita atau hikayat tentang nabi dan pengikutnya
sangat jauh dari cerita-cerita Arab, tetapi malah lebih mirip dengan cerita
dari India.
Orang-orang penghuni India awalnya
berasal dari Afrika sekitar 40.000 SM. Pada awalnya mereka adalah pemburu dan
pengumpul, seperti orang-orang lainnya di seluruh dunia pasa masa itu. Namun
sekitar tahun 4000 SM, orang-orang ini mulai bertani dan pada 2500 SM bermukim
di lembah sungai Indus. Di sana mereka mulai tinggal di kota-kota dan
menggunakan air irigasi untuk mengairi ladang mereka. Ini berlangsung lebih
telat daripada di Asia Barat, kemungkinan karena India tidak seramai Asia Barat
pada masa itu. Ada pendapat bahwa mereka mulai bertani, dan kemudian membangun
kota-kota adalah tren pemanasan berangsur yang menjadikan lebih sulit untuk
memperoleh air, dan lebih sulit untuk menemukan tanaman liar untuk dimakan,
setiap tahunnya. Jadi tiap tahun semakin banyak orang yang pindah ke lembah
sungai Indus, dimana masih ada cukup banyak air. Ketika mulai banyak orang,
orang-orang mulai membangun kota-kota.
Peradaban Harappa disebut juga
peradaban Lembah Sungai Indus. Ada dua kota utama yang kita ketahui, Harappa
dan Mohenjo-Daro, yang terpisah sekitar sekitar 400 kilometer. Keduanya kini
ada di negara Pakistan. Orang-orang di kedua kota ini tinggal di rumah batu
dengan dua dan tiga lantai, dan memiliki sistem pembuangan. Mereka menggunakan
peralatan perunggu. Mereka mungkin mempelajari cara membuat perunggu dari
bangsa Sumeria.
Orang Harappa menggunakan bentuk
tulisan awal yang berdasarkan hieroglif, seperti bangsa Mesir. Sayangnya kita
tidak dapat membacanya, karena tidak banyak yang tersisa. Sekitar 2000 SM,
peradaban Harappa runtuh secara tiba-tiba. Kita tidak tahu apa penyebab
keruntuhannya. Beberapa berpendapat bahwa penyebabnya adalah tren pemanasan
yang terus berlanjut hingga tak ada lagi air bahkan di lembah sungai Indus
untuk mendukung keberlangsngan kota-kota. Beberapa orang kemungkinan kelaparan
hingga mati, sedangkan yang lainnya pindah ke perbukitan, dimana lebih dingin
dan memperoleh air hujan.
Pada 1500 SM, lembah sungai
Indus dilanda invasi oleh bangsa India-Eropa. Invasi serupa juga pernah terjadi
di Yunani dan Italia beberapa waktu sebelumnya.
II. Peradaban Lembah Sungai kuning
Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Cina yang muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho atau
yang sekarang disebut Huang He) Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning
karena membawa lumpur kuning sepanjang
alirannya.Sungai ini bersumber dari Pegunungan
Kwen-Lun di Tibet dan mengalir
melalui daerah Pegunungan Cina
Utara hingga
membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk Tsii-Li, Laut Kuning. Pada daerah
lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal. Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Cina kuno untuk
melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di musim dingin dan ketika es
mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai
kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Cina untuk berpikir dan
mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di
sepanjang sungai tersebut.
A. Aspek
Ekonomi
Pada bagian
hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Cina yang subur dan merupakan
pusat kehidupan bangsa Cina. Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatan
pertanian Cina Kuno memang sudah dikenal sejak zaman Neolitikum (± 5000 SM)
dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah padi. Pada zaman perunggu, prioritas
pokok dalam pertanian rakyat Cina adalah padi, teh, kacang kedelai, dan rami. Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam
pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM).
Di masa itu, masyarakat Cina telah
menerapkan sistem pertanian yang intensif
dengan penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan
perluasan lahan gandum.
B. Aspek Sosial
Kong Hu Cu
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat Cina
berkembang dengan pesat karena lahirnya tiga ahli filsafat Cina, yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong Hu Cu), dan Mengzi. Lao Zi menuliskan
ajarannya dalam buku berjudul Tao Te Ching. Beliau menjunjung tinggi semangat
keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi yang dinamakan Tao. Ajaran Lao
Zi disebut Taoisme dan
mengajarkan manusia untuk menerima nasib. Ajaran Kong Fu Zi juga berdasarkan
pada Taoisme. Menurut Kong
Fu Zi, Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta ini hingga tercapai
keselarasan. Penganut ajaran Taoisme meyakini bahwa
bencana yang terjadi
di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao.
Ajaran Kong Fu Zi yang mencakup bidang pemerintahan dan keluarga telah
memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat Cina karena memengaruhi
cara berpikir dan sikap hidup sebagian besar bangsa Cina. Menurut Kong Fu Zi,
masyarakat terdiri dari keluarga dan dalam keluarga seorang bapak merupakan
pusatnya. Oleh karena itu raja harus memerintah dengan baik dan bijaksana serta
rakyat harus hormat dan taat pada raja seperti hubungan bapak dan anak yang
seharusnya. Lain halnya dengan Kong Fu Zi, Meng Zi yang merupakan
murid Kong Fu Zi mengajarkan pengetahuan kepada rakyat jelata dan menurut ajarannya, rakyatlah yang
terpenting dalam suatu negara.
C. Aspek
Kebudayaan
Tembok Besar
Cina, salah satu hasil kebudayaan Sungai Kuning.
Masyarakat Cina kuno telah mengenal
tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya
huruf Cina yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu
pengertian. Pada masa pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Cina kuno berkembang pesat seiring dengan
ditemukannya kertas. Ajaran Lao
Zi, Kong Fu Zi,
dan Meng Zi banyak
dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri
maupun para pengikutnya. Pada masa pemerintahan Dinasti Tang, hidup dua
orang pujangga terkemuka yang
banyak menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu. Selain berupa sastra,
kebudayaan Cina yang muncul
dan berkembang di lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil, dan istana. Perkembangan
seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya
tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang umumnya
berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah
memerintah. Keramik Cina merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat
tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan saat itu. Rakyar Cina
menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan
penjelmaan dewa sehingga
istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah. Hasil kebudayaan Cina
yang sangat terkenal hingga saat ini adalah Tembok Besar
Cina yang dibangun
pada masa Dinasti Qin untuk
menangkal serangan dari musuh di bagian utara Cina. Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan
dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa
dengan sepanjang 7000 km.
D. Aspek
Kepercayaan
Sebelum ajaran
Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Cina menganut kepercayaan kepada dewa-dewa yang
dianggap memiliki kekuatan alam. Dewa-dewa yang menerima pemujaan tertinggi
dari mereka adalah Feng-Pa (dewa angin), Lei-Shih (dewan angin taufan yang
digambarkan sebagai naga besar),
T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po. Menurut kepercayaan Cina
kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah segi empat yang di bagian
atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit. Di
tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Cina yang
disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong
tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa
(penguasa musim semi).
E. Aspek
Politik
Dalam kehidupan
kenegaraan Cina kuno, ada dua macam sistem pemerintahan yang dianut yaitu feodal dan unitaris. Dalam sistem pemerintahan feodal, kaisar tidak
menangani langsung urusan kenegaraan karena kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dianggap sebagai utusan atau anak dewa langit sehingga tidak pantas mengurusi politik praktis.. Sedangkan
pada sistem pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam pemerintahan
sehingga kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis. Sejarah
mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Cina menjadi bangsa besar, di
anataranya adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou,
Dinasti Qin, Dinasti Han, dan Dinasti Tang. Dinasti Shang
(Hsia) merupakan dinasti tertua di Cina walaupun tidak banyak peninggalan
tertulis mengenai dinasti ini. Berdasarkan cerita rakyat Cina kuno, pada masa
ini telah berkembang sistem kepercayaan terhadap Dewa Shang-Ti. Dinasti Chou
adalah dinasti ketiga di Cina dan pada masa ini diterapkan prinsip feodalisme dengan
pembagian kekuasaan pemerintahan Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi
menjadi daerah-daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan Pada masa
pemerintahan Dinasti Qin, sistem
tersebut berubah karena Raja Cheng yang bergelar Qin Shi Huang membentuk Cina
menjadi negara kesatuan yang hanya diperintah oleh satu orang pemimpin. Dalam
pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan Cina berkembang.
Sayangnya saat beliau meninggal terjadi kekacauan karena perebutan kekuasan
yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh Liu-Pa. Liu-Pa mendirikan Dinasti Han yang mencapai
kejayaannya pada masa pemerintahan Han Wudi. Salah satu dinasti yang terpenting dalam sejarah Cina adalah Dinasti Tang karena Cina
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan
masyarakat yang makmur dan sejahterah, serta berkembangan kesenian dan
kebudayaan Cina kuno.
III. Peradaban
Taman Bergantung Babilonia
Sejarawan mesir
kuno, Herodotus, yang hidup sekitar tahun 450 SM, pernah mengatakan,
"Keindahan Kota Babilon melampaui keindahan kota-kota tersohor di
dunia." Ia mengatakan hal itu setelah melihat tembok kota yang dibangun
Raja Nebuchadnezzar II yang berkuasa selama 43 tahun-sejak tahun 605 SM-begitu
indah dan kokoh.
Nebuchadnezzar
pula yang membangun Taman Gantung. Konon, menurut cerita, taman itu dibangun
Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya, Amyitis, putri Raja Medes dari Media
yang rindu pada kampung halamannya. Agar Amyitis betah tinggal di Babilon, maka
dibangunlah taman itu yang kini tercatat sebagai salah satu keajaiban
dunia.Perkimpoian Nebuchadnezzar dan Amyitis adalah perkimpoian politik. Tujuan
utama Nebuchadnezzar adalah mempersatukan Kerajaan Babilonia dan Media.
Diodorus
Siculus, sejarawan Yunani pada masa itu, menggambarkan hebatnya Taman Gantung
bagi Amyitis. Menurut Diodorus, lebar taman itu 400 kaki (sekitar 130 meter),
panjangnya 400 kaki, sedangkan tingginya lebih dari 80 kaki (sekitar 26 meter).
Padahal, tembok Kota Babilon, menurut Herodotus, 320 kaki (sekitar 106 meter).
Cerita Taman
Gantung Babilon adalah cerita cinta antara Nebuchadnezzar dan Amyitis. Kisah
ini mirip cerita pembangunan Taj Mahal di Agra, India. Taj Mahal adalah
bangunan cinta.Salah satu bangunan yang disebut paling indah di dunia itu
dibangun atas perintah Sultan Sjah Jahan (Sjahjahan). Adalah "cinta dan
kesetiaan" pada istrinya, Arjumand Bano Begum yang juga dikenal dengan
nama Begum Mumtaz Mahal (Mahkota Kerajaan), yang mendorong Sjah Jahan
memerintahkan untuk membangun Taj Mahal.
Bangunan makam
yang terbuat dari marmer putih itu dibangun pada tahun 1631-1653 dengan
mengerahkan 22.000 pekerja serta puluhan arsitek, seniman, dan ahli bangunan
dari berbagai negara, termasuk Italia dan Perancis. Batu marmer dikumpulkan
dari seluruh India, seperti Makrana dan Rajasthan. Batu-batu khusus didatangkan
dari Rusia, Cina, Afganistan, Persia, Asia Tengah, dan Yaman.
Kini,
peninggalan Kerajaan Dinasti Neo-Babilonia itu masih dapat disaksikan di
Babilon. Kompleks kota raja konon luasnya 21 kilometer persegi. Ekskavasi
hingga kini terus dilakukan. Di antara yang sudah terlihat dan sudah
direstorasi adalah Istana Nebuchadnezzar yang total luasnya 52.000 meter
persegi. Selain itu, bangunan lain yang sudah direstorasi adalah Kuil Ishter,
Kuil Nabu, dan Kuil Ninimakh serta Pintu Gerbang Ishtar (ini merupakan pintu
gerbang yang menghadap ke utara).
Cerita tentang
Babilon tidak bermula dari sini. Bertahun-tahun sebelumnya, ketika dunia
"masih muda", cerita tentang Babilon sudah ada. Kota yang terletak
sekitar 90 kilometer sebelah selatan Baghdad dan diapit dua sungai besar,
Tigris dan Eufrat, itu memang kaya legenda, cerita, dan sejarah. Misalnya, cerita
tentang Menara Babel.
Kisah Menara
Babel yang melambangkan keangkuhan, kesombongan manusia, itu sudah
disebut-sebut dalam Kitab Penciptaan, Kitab Suci Perjanjian Lama. Pembangunan
menara itu diprakarsai oleh Nimrod, anak cucu Nabi Nuh di zaman Babilon kuno,
jauh tahun sebelum zaman Nebuchadnezzar. Orangtua Nimrod adalah Cush, putra
Ham.
Bahkan, demikian
menurut cerita, Kota Babilon dan Ninive juga mula pertama dibangun oleh Nimrod.
"Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota, dengan sebuah menara yang puncaknya
sampai ke langit. Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh
Bumi," demikian antara lain bunyi ajakan Nimrod kepada orang-orangnya,
seperti yang ditulis dalam Kitab Penciptaan.
Lambert Dolphin
dalam The Tower of Babel and The Confusion of Languages berusaha mencari
jawaban mengapa mereka membangun menara seperti itu. Untuk apa menara itu
dibangun? Mencari kepuasan diri dan kemegahan diri. Itulah jawaban singkat
Lambert Dolphin.
Pembangunan
sebuah kota, seperti yang dilakukan Nimrod ketika itu, melambangkan dambaan
manusia untuk terus berkumpul. Mereka, ketika itu, takut tercerai-berai dan
hidup di tempat yang belum mereka kenal berhadapan dengan bahaya. Karena itu,
didirikanlah sebuah kota-Babilon dan Ninive-sebagai pusat kegiatan, sebagai
tempat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Akan tetapi,
ketika mereka membangun menara dengan mengatakan, "Marilah kita cari nama,
marilah memegahkan diri", di saat itulah kemanusiaan manusia berkuasa.
Menara dibangun untuk kebutuhan badan, jiwa, dan semangat. Bahkan, mereka ingin
membangun menara yang mencapai langit. Kalau perlu dapat memanah Matahari dari
puncak menara. Pendek kata, menara dibangun untuk pemuasan diri.
Inilah, yang
menurut kisah, yang menjadi penyebab turunnya hukuman dari Tuhan sehingga
mereka tercerai-berai dan tidak bisa memahami bahasa mereka satu sama lain.
Sindrom Menara Babel itu pula, yang menurut para sejarawan, merasuki
Nebuchadnezzar II, yakni dengan membangun Taman Gantung dan Menara Babel di
kompleks istananya. Ia membangun kompleks istana begitu megah, yang sekarang
sisa-sisanya masih bisa dilihat, dan memerintah dengan tangan besi.
Babilon di zaman
Nebuchadnezzar II, yang memerintah pada tahun 605-562 SM, mencapai masa
keemasan. SAAT pasukan gabungan pimpinan AS menggempur Irak sekarang ini,
cerita Menara Babel itu muncul lagi. Apa yang dicari George W Bush? Apakah ia
seperti Nimrod dan orang-orang yang mengatakan, "Marilah kita cari
nama", saat hendak membangun Menara Babel
Kalaupun Bush
tidak mengatakan seperti itu, suka tidak suka, saat ini sindrom Menara Babel
itu sudah merasuki dunia. Pembangunan Menara Babel dimaksudkan untuk
menyeragamkan manusia zaman itu dalam satu budaya. Saat ini pun demikian Semua
ada di bawah dominasi budaya, yakni budaya kapitalisme, satu hegemoni, yakni
hegemoni komunikasi AS. AS yang merupakan satu-satunya adikuasa di dunia ini
berusaha memaksakan kehendaknya dengan segala cara dan upaya, termasuk perang.
Ketika Divisi
Infanteri Ke-3 AS bergerak dari Kuwait ke Baghdad beberapa hari lalu, banyak
yang khawatir akan nasib situs sejarah yang sebenarnya dapat mengajak orang
untuk selalu bercermin bahwa memegahkan diri, mencari nama untuk diri sendiri,
adalah awal dari kehancuran.Hingga kini, memang Babilon masih selamat. Tetapi,
andaikan nanti Kota Babilon-kata Babilon berasal dari bahasa Akkadia dan
berarti Pintu Tuhan-menjadi sasaran, maka semuanya hanya akan tinggal cerita:
cerita tentang kebesaran Babilon
IV. Peradaban Lembah Sungai Nil
Asal mula peradaban lembah sungai nil di Mesir Afrika, lahir disebabkan kesuburan tanah disekitar lembah sungai
yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur. Hal inilah yang menarik
perhatian manusia untuk mulai hidup dan membangun peradaban ditempat tersebut.
Peradaban lembah sungai Nil
dibangun oleh masyarakat mesir kuno.
Mesir Kuno adalah suatu peradaban
kuno di bagian timur laut Afrika. Peradaban ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil.
Peradaban ini dimulai dengan unifikasi Mesir Hulu
dan Hilir
sekitar 3150 SM,
dan selanjutnya berkembang selama kurang lebih tiga milenium. Sejarahnya
mengalir melalui periode kerajaan-kerajaan yang stabil, masing-masing diantarai
oleh periode ketidakstabilan yang dikenal sebagai Periode Menengah. Mesir Kuno
mencapai puncak kejayaannya pada masa Kerajaan Baru. Selanjutnya, peradaban ini mulai mengalami kemunduran.
Mesir ditaklukan oleh kekuatan-kekuatan asing pada periode akhir. Kekuasaan
firaun secara resmi dianggap berakhir pada sekitar 31
SM, ketika Kekaisaran Romawi menaklukkan dan menjadikan wilayah Mesir Ptolemeus sebagai bagian dari provinsi Romawi. Meskipun ini bukanlah
pendudukan asing pertama terhadap Mesir, periode kekuasaan Romawi menimbulkan
suatu perubahan politik dan agama secara bertahap di lembah sungai Nil, yang
secara efektif menandai berakhirnya perkembangan peradaban merdeka Mesir.
a)
Letak geografis
Sungai Nil
adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer. Sungai Nil bersumber dari
mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro
di Afrika Timur.
Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah.
Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia
dan Mesir.
Setiap tahun sungai Nil selalu banjir . Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri kanan
sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50
kilometer. Di sekeliling lembah sungai adalah gurun. Batas timur adalah gurun
Arabia di tepi Laut Merah.
Batas selatan terdapat gurun Nubia
di Sudan, batas barat adalah gurun Libya.
Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi
Isis yang selalu sibuk menangis dan
menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang gugur dalam
pertempuran. Namun secara ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang
mencair dari pegunungan Kilimanjaro
sebagai hulu sungai Nil.
b)
Politik
Sejarah
politik
di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa sebagai
kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut nomen. Dari desa-desa kecil berkembanglah menjadi kota yang
kemudian disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Proses tersebut
berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun 3400 SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan
Mesir yang besar.
Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja
yang bergelar Firaun. Ia berkuasa secara mutlak. Firaun dianggap dewa dan dipercaya sebagai putera Dewa
Osiris. Seluruh kekuasaan berada
ditangannya baik sipil, militer
maupun agama.
Sebagai penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanah
kerajaan. Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk
keperluan tersebut Firaun memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan
binatang ternak. Ia membuat undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan. Sebagai penguasa
militer Firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia
memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.
Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para
pejabat yang pada umumnya berasal dari golongan bangsawan.
Ada pejabat gubernur
yang memerintah propinsi,
panglima ketentaraan, hakim di pengadilan
dan pendeta
untuk melaksanakan upacara keagamaan. Salah satu jabatan penting adalah Wazir
atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30 dinasti
yang berbeda yang terdiri dari tiga zaman yaitu Kerajaan
Mesir Tua yang berpusat di Memphis,
Kerajaan
Tengah di Awaris dan Mesir
Baru di Thebe.
c)
Ekonomi
dan Pemerintahan
1) Administrasi
dan perdagangan
Firaun adalah raja yang berkuasa penuh atas Negara setidaknya
dalam teori dan memegang kendali atas semua tanah dan sumber dayanya. Firaun
juga merupakan komandan militer tertinggi dan kepala pemerintahan, yang
bergantung pada birokrasi pejabat untuk mengurusi masalah-masalahnya. Yang
bertanggung jawab terhadap masalah administrasi adalah orang kedua di kerjaan,
sang wazir, yang juga berperan sebagai perwakilan raja yang
mengkordinir survey tanah, kas negara, proyek pembangunan, sistem hukum, dan
arsip-arsip kerajaan. Di level regional, kerajaan dibagi menjadi 42 wilayah
administratif yang disebut nome,
yang masing-masing dipimpin oleh seorang nomark, yang bertanggung jawab kepada wazir. Kuil menjadi tulang
punggung utama perekonomian yang berperan tidak hanya sebagai pusat pemujaan,
namun juga berperan mengumpulkan dan menyimpan kekayaan negara dalam sebuah
sistem lumbung dan perbendaharaan dengan meredistribusi biji-bijian dan
barang-barang lainnya. Sebagian besar perekonomian diatur secara ketat dari
pusat. Bangsa Mesir Kuno belum mengenal uang koin hingga Periode Akhir sehingga
mereka menggunakan sejenis uang barter berupa karung beras dan beberapa deben
(satuan berat yang setara dengan 91 gram) tembaga atau perak sebagai
denominatornya. Pekerja dibayar menggunakan biji-bijian; pekerja kasar biasanya
hanya mendapat 5 karung (200kg) biji-bijian per bulan sementara mandor bisa
mencapai 7 karung (250kg) per bulan. Harga tidak berubah di seluruh wilayah
negara dan biasanya dicatat utuk membantu perdagangan; misalnya kaus dihargai 5
deben tembaga sementara sapi bernilai 140 deben. Pada abad ke 5 sebelum masehi,
uang koin mulai dikenal di Mesir. Awalnya koin digunakan sebagai nilai standar
dari logam mulia
dibanding sebagai uang yang sebenarnya; baru beberapa abad kemudian uang koin
mulai digunakan sebagai standar perdagangan.
2) Sistem
hukum
Sistem hukum di Mesir Kuno secara
resmi dikepalai oleh firaun yang bertanggung jawab membuat peraturan,
menciptakan keadilan, serta menjaga hukum dan ketentraman, sebuah konsep yang
disebut masyarakat Mesir Kuno sebagai Ma'at.
Meskipun belum ada undang-undang hukum yang ditemukan, dokumen pengadilan
menunjukkan bahwa hukum di Mesir Kuno dibuat berdasarkan pandangan umum tentang
apa yang benar dan apa yang salah, serta menekankan cara untuk membuat
kesepakatan dan menyelesaikan konflik. Dewan sesepuh lokal, yang dikenal dengan
nama Kenbet di Kerajaan Baru, bertanggung jawab mengurus persidangan
yang hanya berkaitan dengan permasalahan-permasalahan kecil. Kasus yang lebih
besar termasuk di antaranya pembunuhan, transaksi tanah dalam jumlah besar, dan
pencurian makam diserahkan kepada Kenbet Besar yang dipimpin oleh wazir
atau firaun. Penggugat dan tergugat diharapkan mewakili diri mereka sendiri dan
diminta untuk bersumpah bahwa mereka mengatakan yang sebenarnya.
3) Pertanian
Kondisi geografi yang mendukung dan
tanah di tepi sungai Nil yang subur membuat bangsa Mesir mampu memproduksi
banyak makanan, dan menghabiskan lebih banyak waktu dan sumber daya dalam
pencapaian budaya, teknologi, dan artistik. Pengaturan tanah sangat penting di
Mesir Kuno karena pajak dinilai berdasarkan jumlah tanah yang dimiliki
seseorang. Pertanian di Mesir
sangat bergantung kepada siklus sungai Nil. Bangsa Mesir mengenal tiga musim: Akhet
(banjir), Peret (tanam), dan Shemu (panen). Musim banjir
berlangsung dari Juni hingga September, menumpuk lanau kaya mineral yang ideal untuk pertanian di tepi sungai.
Setelah banjir surut, musim tanam berlangsung dari Oktober hingga Februari.
Petani membajak dan menanam bibit di ladang. Irigasi dibuat dengan parit dan
kanal. Mesir hanya mendapat sedikit hujan, sehingga petani sangat bergantung
dengan sungai Nil dalam pengairan tanaman. Dari Maret hingga Mei, petani
menggunakan sabit untuk memanen. Selanjutnya, hasil panen dirontokan
untuk memisahkan jerami dari gandum. Proses penampian
menghilangkan sekam dari gandum, lalu gandum ditumbuk menjadi tepung, diseduh
untuk membuat bir, atau disimpian untuk kegunaan lain. Bangsa Mesir menanam gandum
emmer dan jelai, serta beberama gandum sereal lain, sebagai bahan roti dan
bir. Tanaman-tanaman Flax ditanam dan diambil batangnya sebagai serat. Serat-serat
tersebut dipisahkan dan dipintal menjadi benang, yang selanjutnya digunakan
untuk menenun linen dan membuat pakaian. Papirus
ditanam untuk pembuatan kertas. Sayur-sayuran dan buah-buahan dikembangkan di
petak-petak perkebunan, dekat dengan permukiman, dan berada di permukaan
tinggi. Tanaman sayur dan buah tersebut harus diairi dengan tangan.
Sayur-sayuran meliputi bawang perai, bawang putih, melon, squash,
kacang, selada, dan tanaman-tanaman lain. Anggur juga ditanam untuk diolah
menjadi wine.
4) Hewan
Bangsa Mesir percaya bahwa hubungan yang seimbang antara
manusia dengan hewan merupakan elemen yang penting dalam susunan kosmos; maka
manusia, hewan, dan tumbuhan diyakini sebagai bagian dari suatu keseluruhan.
Hewan, baik yang didomestikasi
maupun liar, merupakan sumber spiritualitas, persahabatan, dan rezeki bagi
bangsa Mesir Kuno. Sapi adalah hewan ternak yang paling penting; pemerintah
mengumpulkan pajak terhadap hewan ternak dalam sensus-sensus reguler, dan
ukuran ternak melambangkan martabat dan kepentingan pemiliknya. Selain sapi,
bangsa Mesir Kuno menyimpan domba, kambing, dan babi. Unggas seperti bebek,
angsa, dan merpati ditangkap dengan jaring dan dibesarkan di peternakan. Di
peternakan, unggas-unggas tersebut dipaksa makan adonan agar semakin gemuk.
Sementara itu, di sungai Nil terdapat sumber daya ikan. Lebah-lebah juga
didomestikasi dari masa Kerajaan Lama, dan hewan tersebut menghasilkan madu dan
lilin.
Keledai dan lembu digunakan sebagai hewan pekerja. Hewan-hewan tersebut bertugas membajak ladang dan
menginjak-injak bibit ke dalam tanah. Lembu-lembu yang gemuk dikorbankan dalam
ritual persembahan. Kuda-kuda dibawa oleh Hyksos pada Periode Menengah Kedua,
sementara unta, meskipun sudah ada sejak periode Kerajaan Baru, tidak digunakan
sebagai hewan pekerja hingga Periode Akhir. Selain itu, terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa gajah sempat dimanfaatkan pada Periode Akhir, tetapi akhirnya
dibuang karena kurangnya tanah untuk merumput Anjing, kucing, dan monyet
menjadi hewan peliharaan, sementara hewan-hewan seperti singa yang diimpor dari
jantung Afrika merupakan milik kerajaan. Herodotus
mengamati bahwa bangsa Mesir adalah satu-satunya bangsa yang menyimpan hewan di
rumah mereka.]
Selama periode pradinasti dan akhir, pemujaan dewa dalam bentuk hewan menjadi
sangat populer, seperti dewi kucing Bastet dan dewa ibis Thoth, sehingga hewan-hewan tersebut dibesarkan dalam jumlah
besar untuk dikorbankan dalam ritual
5) Sumber
daya alam
Mesir kaya akan batu bangunan dan dekoratif, bijih tembaga
dan timah, emas, dan batu-batu semimulia. Kekayaan itu memungkinkan orang Mesir
Kuno untuk membangun monumen, memahat patung, membuat alat-alat, dan perhiasan.
Pembalsem menggunakan garam dari Wadi
Natrun untuk mumifikasi, yang juga menjadi
sumber gypsum yang diperlukan untuk membuat plester. Batuan yang mengandung
bijih besi dapat ditemukan di wadi-wadi gurun timur dan Sinai yang kondisi alam
yang tidak ramah. Membutuhkan ekspedisi besar (biasanya dikontrol negara) untuk
mendapatkan sumber daya alam di sana. Terdapat sebuah tambang emas luas di
Nubia, dan salah satu peta pertama yang ditemukan adalah peta sebuah tambang
emas di wilayah ini. Wadi Hammamat adalah sumber penting granit, greywacke, dan emas. Rijang adalah mineral yang pertama kali dikumpulkan dan digunakan
untuk membuat alat-alat, dan kapak Rijang adalah potongan awal yang membuktikan
adanya habitat manusia di lembah Sungai Nil. Nodul-nodul mineral secara
hati-hati dipipihkan untuk membuat bilah dan kepala panah dengan tingkat
kekerasan dan daya tahan yang sedang, dan ini tetap bertahan bahkan setelah
tembaga digunakan untuk tujuan tersebut.
6) Perdagangan
Orang Mesir kuno berdagang dengan negeri-negeri tetangga
untuk memperoleh barang yang tidak ada di Mesir. Pada masa pra dinasti, mereka
berdagang dengan Nubia untuk memperoleh emas dan dupa. Orang Mesir kuno juga
berdagang dengan Palestina, dengan bukti adanya kendi minyak bergaya Palestina
di pemakaman firaun Dinasti Pertama. Koloni Mesir di Kanaan selatan juga berusia sedikit lebih tua dari dinasti pertama
Firaun Narmer memproduksi tembikar Mesir di Kanaan, dan mengekspornya
kembali ke Mesir.
Paling lambat dari masa Dinasti Kedua, Mesir kuno
mendapatkan kayu berkualitas tinggi (yang tak dapat ditemui di Mesir) dari Byblos. Pada masa Dinasti Kelima, Mesir kuno dan Punt
memperdagangkan emas, damar, eboni, gading, dan binatang liar seperti monyet
Mesir bergantung pada Anatolia
untuk memasok persediaan timah dan tembaga (keduanya merupakan bahan baku untuk
membuat perunggu). Orang Mesir kuno juga menghargai batu biru lapis lazuli,
yang harus diimpor dari Afganistan.
Partner dagang Mesir di Laut Tengah meliputi Yunani
dan Kreta, yang menyediakan minyak zaitun (selain barang-barang lainnya).sebagai ganti impor bahan
baku dan barang mewah, Mesir mengekspor gandum, emas, linen, papirus, dan barang-barang
jadi seperti kaca dan benda-benda batu.
d)
Sosial Budaya
SOSIAL
Ø Status sosial
Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status sosial yang dimiliki seseorang ditampilkan secara terang-terangan.
Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani, namun demikian hasil
pertanian dimiliki dan dikelolah oleh negara, kuil, atau keluarga ningrat yang
memiliki tanahPetani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja
membuat irigasi atau proyek konstruksi menggunakan sistem corvée. eniman dan pengrajin memunyai status yang lebih tinggi
dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja di
toko-toko yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara. Juru
tulis dan pejabat menempati strata tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut
"kelas kilt putih" karena menggunakan linen berwarna putih yang
menandai status mereka Perbudakan
telah dikenal, namun bagaimana bentuknya belum jelas diketahui.
Mesir Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apa
pun kecuali budak, sama di mata hukum Baik pria maupun wanita memiliki hak
untuk memiliki dan menjual properti, membuat kontrak, menikah dan bercerai,
serta melindungi diri mereka dari perceraian dengan menyetujui kontrak
pernikahan, yang dapat menjatuhkan denda pada pasangannya bila terjadi
perceraian. Dibandingkan bangsa lainnya di Yunani, Roma, dan bahkan
tempat-tempat lainnya di dunia, wanita di Mesir Kuno memiliki kesempatan
memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita seperti Hatshepsut dan
Celopatra bahkan bisa menjadi firaun. Namun demikian, wanita di Mesir Kuno
tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang memiliki
pendidikan dari rata-rata pria ketika itu
Ø Perkembangan
historis
Bahasa Mesir
adalah bahasa Afro-Asiatik yang berhubungan dekat dengan bahasa Berber dan Semit
Bahasa ini memiliki sejarah bahasa terpanjang kedua (setelah Sumeria).
Bahasa Mesir telah ditulis sejak 3200 SM dan sudah dituturkan sejak waktu
yang lebih lama. Fase-fase pada bahasa Mesir Kuno adalah bahasa Mesir Lama, Pertengahan, Akhir, Demotik,
dan Koptik.
Tulisan Mesir tidak menunjukkan perbedaan dialek sebelum Koptik, tetapi mungkin
dituturkan dalam dilek-dialek regional di sekitar Memphis dan nantinya Thebes.[
Ø Kesusasteraan
Tulisan pertama kali ditemukan di lingkungan kerajaan,
terutama pada barang-barang di makam keluarga kerajaan. Pekerjaan menulis
biasanya hanya diberikan kepada orang-orang tertentu yang juga menjalankan
institusi Per Ankh atau Rumah Kehidupan, serta perpustakaan (disebut
Rumah Buku), laboratorium, dan observatorium Karya-karya literatur yang
terkenal sebagian ditulis dalam bahasa Mesir Klasik, yang terus digunakan
secara bahasa tertulis hingga sekitar tahun 1300 SM. Bahasa Mesir Akhir mulai
digunakan mulai masa Kerajaan Baru sebagai mana direpresentasikan dalam dokumen
administratif Ramses,
puisi dan kisah cinta, serta teks-teks Demotik dan Koptik. Selama periode ini,
berkembang tradisi menulis autografi di makam. Genre ini dikenal sebagai Sebayt (instruksi) dan dikembangkan sebagai usaha untuk
menurunkan ajaran dan tuntunan bangsawan terkenal.Kisah Sinuhe
yang ditulis dalam bahasa Mesir
Pertengahan juga dapat dikategorikan sebagai
literatur Mesir klasik.Contoh lainnya adalah Instruksi Amenemope yang dianggap sebagai mahakarya dalam dunia literatur timur
tengah. Di masa akhir Kerajaan Baru, Bahasa Mesir Akhir lebih banyak digunakan
untuk menulis seperti yang terlihat pada Cerita Wenamun dan Instruksi Any. Cerita Wenamun menceritakan kisah tentang bangsawan yang
dirampok dalam perjalanannya untuk membeli cedar dari Lebanon dan perjuangannya
kembali ke Mesir. Sejak 700 SM, cerita naratif dan instruksi, seperti misalnya
Instruksi Onchshesonqy, dan dokumen-dokumen bisnis ditulis dalam bahasa Demotik).
Banyak cerita pada masa Yunani-Romawi juga dalam bahasa Demotik, dan biasanya
memiliki setting pada masa-masa ketika Mesir merdeka di bawah kekuasaan Firaun
agung seperti Ramses II Papirus Edwin Smith (sekitar abad ke-16 SM) yang menggambarkan anatomi dan
perawatan medis.
Ø Tulisan
Tulisan hieroglif terdiri dari sekitar 500 simbol. Sebuah
hieroglif dapat mewakili kata atau suara. Simbol yang sama dapat menyajikan
tujuan yang berbeda dalam konteks yang berbeda pula. Hieroglif adalah aksara
resmi, digunakan pada monumen batu dan kuburan. Pada penulisan sehari hari,
juru tulis membuat tulisan kursif, yang disebut keramat. Tulisan kursif ini lebih
cepat dan mudah. Sementara hieroglif formal dapat dibaca dalam baris atau kolom
di kedua arah (walaupun biasanya ditulis dari kanan ke kiri), aksara keramat
selalu ditulis dari kanan ke kiri, biasanya pada baris horisontal. Sebuah
bentuk baru penulisan, demotik,
menjadi gaya penulisan umum, dan inilah bentuk tulisan -bersama dengan
hieroglif formal - yang menyertai teks Yunani di Batu Rosetta.Sekitar abad ke-1
Masehi, aksara Koptik mulai digunakan bersama aksara demotik. Koptik adalah
modifikasi abjad Yunani dengan penambahan beberapa tanda-tanda demotik.
Meskipun hieroglif formal digunakan dalam acara seremonial hingga abad ke-4,
menjelang akhir abad hanya segelintir kecil imam yang masih bisa membacanya.
Akibat institusi keagamaan tradisional dibubarkan, pengetahuan tulisan
hieroglif semakin menghilang. Usaha untuk mengartikannya muncul pada masa Bizantiumdan
Islam di Mesir, tetapi baru pada tahun 1822, setelah penemuan
batu Rosetta dan penelitian oleh Thomas Young dan Jean-François
Champollion, hieroglif baru dapat diartikan.
Budaya
Ø Kehidupan
sehari-hari
Sebagian besar masyarakat Mesir Kuno bekerja sebagai petani.
Kediaman mereka terbuat dari tanah liat yang didesain untuk menjaga udara tetap dingin di siang
hari. Setiap rumah memiliki dapur dengan atap terbuka. Di dapur itu biasanya
terdapat batu giling untuk menggiling tepung dan oven kecil untuk membuat roti
Tembok dicat warna putih dan beberapa juga ditutupi dengan hiasan berupa linen
yang diberi warna. Lantai ditutupi dengan tikar buluh dilengkapi dengan
furnitur sederhana untuk duduk dan tidur. Bangsa Mesir Kuno sangat menghargai
penampilan dan kebersihan tubuh. Sebagian besar mandi di Sungai Nil dan
menggunakan sabun yang terbuat dari lemak binatang dan kapur. Laki-laki bercukur untuk menjaga
kebersihan, menggunakan minyak wangi dan salep untuk mengharumkan dan
menyegarkan kulit. Pakaian dibuat dengan linen sederhana yang diberi warna
putih, baik wanita maupun pria di kelas yang lebih elit menggunakan wig,
perhiasan, dan kosmetik. Anak-anak tidak mengenakan pakaian hingga mereka
dianggap dewasa, pada usia sekitar 12 tahun, dan pada usia ini laki-laki
disunat dan dicukur. Ibu bertanggung jawab menjaga anaknya, sementara sang ayah
bertugas mencari nafkah
Musik dan tarian menjadi hiburan yang paling populer bagi
mereka yang mampu membayar untuk melihatnya. Instrumen yang digunakan antara
lain seruling dan harpa, juga instrumen yang mirip terompet juga digunakan.
Pada masa Kerajaan Baru, bangsa Mesir memainkan bel, simbal, tamborine, dan
drum serta mengimpor kecapi dan lira dari Asia Mereka juga menggunakan sistrum,
instrumen musik yang biasa digunakan dalam upacara keagamaan.Bangsa Mesir Kuno
mengenal berbagai macam hiburan, permainan dan musik, salah satunya adalah Senet, permainan papan yang bidaknya digerakkan dalam urutan
acak. Selain itu mereka juga mengenal mehen. Juggling dan permainan menggunakan bola juga sering
dimainkan anak-anak, juga permainan gulat sebagaimana digambarkan dalam makam Beni
Hasan Orang-orang kaya di Mesir Kuno juga
gemar berburu dan berlayar untuk hiburan.
Ø Masakan
Masakan Mesir cenderung tidak berubah selama berabad-abad;
Masakan Mesir modern memiliki banyak persamaan dengan Masakan Mesir Kuno.
Makanan sehari-hari biasanya mengandung roti dan bir, dengan lauk berupa
sayuran seperti bawang merah dan bawang putih, serta buah-buahan berbentuk biji
dan ara. Wine dan daging biasanya hanya disajikan pada perayaan tertentu,
kecuali di kalangan orang kaya yang lebih sering menyantapnya. Ikan, daging,
dan unggas dapat diasinkan atau dikeringkan, serta direbus atau dibakar.
Ø Arsitektur.
Karya arsitektur bangsa Mesir Kuno yang paling terkenal antara
lain: Piramida Giza dan kuil
di Thebes. Proyek pembangunan dikelola dan
didanai oleh pemerintah untuk tujuan religius, sebagai bentuk peringatan,
maupun untuk menunjukkan kekuasaan firaun. Bangsa Mesir Kuno mampu membangun
struktur batu dengan peralatan sederhana namun efektif, dengan tingkat akurasi
dan presisi yang tinggi.Kediaman baik untuk kalangan elit maupun masyarakat
biasa dibuat dari bahan yang mudah hancur seperti batu bata dan kayu, karenanya
tidak ada satu pun yang terisa saat ini. Kaum tani tinggal di rumah sederhana,
di sisi lain, rumah kaum elit memiliki struktur yang rumit. Beberapa istana
Kerajaan Baru yang tersisa, seperti yang terletak di Malkata dan Amarna, menunjukkan tembok dan lantai yang dipenuhi hiasan dengan
gambar pemandangan yang indah. Struktur penting seperti kuil atau makam dibuat
dengan batu agar dapat bertahan lama.Kuil-kuil tertua yang tersisa, seperti
yang terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap
yang didukung oleh pilar. Pada Kerajaan Baru, arsitek menambahkan pilon, halaman terbuka, dan ruangan hypostyle; gaya ini bertahan hingga periode Yunani-Romawi.Arsitektur
makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba,
struktur persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu dan bata.
Struktur ini biasanya dibangun untuk menutupi ruang bawah tanah untuk menyimpan
mayat.
Ø
Seni
Bangsa Mesir Kuno memproduksi seni untuk
berbagai tujuan. Selama 3500 tahun, seniman mengikuti bentuk artistik dan
ikonografi yang dikembangkan pada masa Kerajaan Lama. Aliran ini memiliki
prinsip-prinsip ketat yang harus diikuti, mengakibatkan bentuk aliran ini tidak
mudah berubah dan terpengaruh aliran lain.Standar artistik—garis-garis
sederhana, bentuk, dan area warna yang datar dikombinasikan dengan
karakteristik figure yang tidak memiliki kedalaman spasial—menciptakan rasa
keteraturan dan keseimbangan dalam komposisinya. Perpaduan antara teks dan
gambar terjalin dengan indah baik di tembok makam dan kuil, peti mati, maupun
patungSeniman Mesir Kuno dapat menggunakan batu dan kayu sebagai bahan dasar
untuk memahat. Cat didapatkan dari mineral seperti bijih besi (merah dan
kuning), bijih perunggu (biru dan hijau), jelaga atau arang (hitam), dan batu
kapur (putih). Cat dapat dicampur dengan gum
arab sebagai pengikat dan ditekan (press),
disimpan untuk kemudian diberi air ketika hendak digunakan.Firaun menggunakan relief untuk mencatat kemenangan di pertempuran, dekrit kerajaan,
atau peristiwa religius. Di masa Kerajaan Pertengahan, model kayu atau tanah
liat yang menggambarkan kehidupan sehari-hari menjadi populer untuk ditambahkan
di makam. Sebagai usaha menduplikasi aktivitas hidup di kehidupan setelah
kematian, model ini diberi bentuk buruh, rumah, perahu, bahkan formasi
militer.Meskipun bentuknya hampir homogen, pada waktu tertentu gaya karya seni
Mesir Kuno terkadang mengikuti perubahan kultural atau perilaku politik.
Setelah invasi Hykos di Periode Pertengahan Kedua, seni dengan gaya Minoa
ditemukan di Avaris.Salah satu contoh perubahan gaya akibat adanya perubahan
politik yang menonjol adalah bentuk artistik yang dibuat pada masa Amarna:
patung-patung disesuaikan dengan gaya pemikiran religius Akhenaten.
Gaya ini, yang dikenal sebagai seni
Amarna, langsung diganti dan dibuah ke
bentuk tradisional setelah kematian Akhenaten.
Ø Militer
Angkatan perang Mesir kuno bertanggung jawab untuk
melindungi Mesir dari serangan asing, dan menjaga kekuasaan Mesir di Timur Dekat Kuno. Tentara Mesir kuno melindungi ekspedisi penambangan ke Sinai
pada masa Kerajaan Lama, dan terlibat dalam perang saudara selama Periode
Menengah Pertama dan Kedua. Angkatan perang Mesir juga bertanggung jawab untuk
memberikan perlindungan terhadap jalur perdagangan penting, seperti kota Buhen pada jalan menuju Nubia. Benteng-benteng juga didirikan, seperti benteng di Sile,
yang merupakan basis operasi penting untuk melancarkan ekspedisi ke Levant. Pada masa Kerajaan Baru, firaun menggunakan angkatan
perang Mesir untuk menyerang dan menaklukan Kerajaan Kush dan sebagian Levant. Peralatan militer yang digunakan pada
masa itu adalah panah, tombak, dan perisai berbahan dasar kerangka kayu dan
kulit binatang. Pada masa Kerajaan Baru, angkatan perang mulai menggunakan kereta perang yang awalnya diperkenalkan oleh penyerang dari Hyksos.
Senjata dan baju zirah terus berkembang setelah penggunaan perunggu: perisai
dibuat dari kayu padat dengan gesper perunggu, ujung tombak dibuat dari
perunggu, dan Khopesh (berasal dari tentara Asiatik) mulai digunakan. Tentara
direkrut dari penduduk biasa; namun, selama dan terutama sesudah masa Kerajaan
Baru, tentara bayaran dari Nubia, Kush, dan Libya dibayar untuk membantu Mesir.
e)
Sistem
kepercayaan bangsa Mesir kuno
Masyarakat Mesir
mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional
yaitu Ra (Dewa
Matahari), Amon (Dewa
Bulan) kemudian menjadi Amon
Ra.Sebagai lambang pemujaan kepada Ra
didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk
juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan terhadap
dewa Amon Ra dibangunlah Kuil
Karnak yang sangat indah pada masa Raja
Thutmosis III.Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah tertentu seperti Dewa
Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi
Isis yaitu dewi kecantikan isteri
Osiris, Dewa
Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa
Anubis yaitu dewa kematian.Wujud
kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut:
1.
Penyembahan terhadap dewa berangkat
dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
2.
Yang disembah adalah dewa/dewi yang
menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan.
Jadi dengan taat menyembah pada dewa masyarakat lembah
sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut. Kepercayaan yang kedua
berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat
menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap
utuh.
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan
setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa
yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat untuk meminta
perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik;
orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan
amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh
seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak
dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja
patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum
beribadah memuja patung pribadi di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang
dipercaya mampu melindungi dari marabahaya Setelah Kerajaan Baru, peran firaun
sebagai perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan
untuk memuja langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam
mengembangkan sistem ramalan (oracle) untuk mengkomunikasikan langsung
keinginan dewa kepada masyarakat.,
Masyarakat mesir percaya bahwa setiap manusia terdiri dari
bagian fisik dan spiritual. Selain badan, manusia juga memiliki šwt
(bayangan), ba (kepribadian atau jiwa), ka (nyawa), dan
nama Jantung dipercaya sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah
kematian, aspek spiritual akan lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati,
namun mereka membutuhkan tubuh fisik mereka (atau dapat digantikan dengan
patung) sebagai tempat untuk pulang. Tujuan utama mereka yang meninggal adalah
menyatukan kembali ka dan ba dan menjadi "arwah yang
diberkahi." Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili,
jantung akan ditimbang dengan "bulu kejujuran." Jika pahalanya cukup,
sang arwah diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritual
Adat pemakaman
Orang Mesir Kuno mempertahankan seperangkat adat pemakaman
yang diyakini sebagai kebutuhan untuk menjamin keabadian setelah kematian.
Berbagai kegiatan dalam adat ini adalah : proses mengawetkan tubuh melalui
mumifikasi, upacara pemakaman, dan penguburan mayat bersama
barang-barang yang akan digunakan oleh almarhum di akhirat. Sebelum periode
Kerajaan Lama, tubuh mayat dimakamkan di dalam lubang gurun, cara ini secara
alami akan mengawetkan tubuh mayat melalui proses pengeringan. Kegersangan dan
kondisi gurun telah menjadi keuntungan sepanjang sejarah Mesir Kuno bagi kaum
miskin yang tidak mampu mempersiapkan pemakaman sebagaimana halnya orang kaya.
Orang kaya mulai menguburkan orang mati di kuburan batu, akibatnya mereka
memanfaatkan mumifikasi buatan, yaitu dengan mencabut organ internal,
membungkus tubuh menggunakan kain, dan meletakkan mayat ke dalam sarkofagus
berupa batu empat persegi panjang atau peti kayu. Pada permulaan dinasti
keempat, beberapa bagian tubuh mulai diawetkan secara terpisah dalam toples
kanopik.
Anubis adalah dewa pada zaman mesir kuno yang dikaitkan
dengan mumifikasi dan ritual pemakaman. Pada gambar ini ia sedang mendatangi
seorang mumi. Pada periode Kerajaan Baru, orang Mesir Kuno telah menyempurnakan
seni mumifikasi. Teknik terbaik pengawetan mumi memakan waktu kurang lebih 70
hari lamanya, selama waktu tersebut secara bertahap dilakukan proses
pengeluaran organ internal, pengeluaran otak melalui hidung, dan pengeringan
tubuh menggunakan campuran garam yang disebut natron. Selanjutnya tubuh
dibungkus menggunakan kain, pada setiap lapisan kain tersebut disisipkan jimat
pelindung, mayat kemudian diletakkan pada peti mati yang disebut antropoid. Mumi
periode akhir diletakkan pada laci besar cartonnage yang telah dicat. Praktik
pengawetan mayat asli mulai menurun sejak zaman Ptolemeus dan Romawi, pada
zaman ini masyarakat mesir kuno lebih menitikberatkan pada tampilan luar mumi.
Orang kaya Mesir dikuburkan dengan jumlah barang mewah yang
lebih banyak. Tradisi penguburan barang mewah dan barang-barang sebagai bekal
almarhum juga berlaku pada semua masyarakat tanpa memandang status sosial. Pada
permulaan Kerajaan Baru, buku
kematian ikut disertakan di kuburan,
bersamaan dengan patung shabti yang dipercaya akan membantu pekerjaan mereka di akhirat.
Setelah pemakaman, kerabat yang masih hidup diharapkan untuk sesekali membawa
makanan ke makam dan mengucapkan doa atas nama almarhum.
a) Tulisan
Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebu Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding
piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri dari
gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda. Setiap lambang
memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian
dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratik atau tulisan suci
dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan
untuk urusan keduniawian misalnya jual beli. Huruf-huruf Mesir itu semula
menimbulkan teka-teki karena tidak diketahui maknanya. Secara kebetulan pada
waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799 salah satu anggota pasukannya menemukan sebuah batu besar
berwarna hitam di daerah Rosetta.
Batu itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta memuat inskripsi dalam tiga
bahasa. Pada tahun 1822 J.F.
Champollion telah menemukan arti dari isi
tulisan batu Rosetta dengan membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan
yaitu Hieroglyph, Demotik dan Yunani.
Dengan terbacanya isi batu Rosetta terbukalah tabir mengenai
pengetahuan Mesir kuno (Egyptologi)
yang Anda kenal sampai sekarang. Selain di batu, tulisan Hieroglyph juga
ditemukan di kertas yang terbuat dari batang Papirus. Papirus sudah digunakan
sejak dinasti yang pertama. Cara membuat kertas dari gelagah papirus adalah
dengan memotongnya. Kemudian kulitnya dikupas dan intinya diiris/disayat
tipis-tipis.
Piramida Mesir
Piramida Mesir adalah sebutan untuk piramida yang
terletak di Mesir yang dikenal sebagai “negeri piramida” sekalipun
ditemukan situs piramida dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan yang merupakan
pusat peradaban Maya.
Di Mesir umumnya piramida digunakan
sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun
demikian, berabad abad lalu piramida sering digunakan sebagai sasaran
penjarahan dan perampok makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya
dan segala macam artefak guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan
dengan semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja
mesir kuno berikutnya, makam raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada
lembah yang tersembunyi seperti halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan
secara utuh dan lengkap.
Piramida pun tidak dibuat
sembarangan. Para insinyur Mesir kuno menghitung dulu jarak piramida dengan
matahari, karena matahari adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan
masyarakat Mesir kuno. Ilmuwan masa kini pun mengakui kehebatan mereka dalam
membangun piramida yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini. Waktu, harta, dan
tenaga yang dikeluarkan demi pembangunan piramida pun luar biasa banyaknya. Pembangunan
piramida membutuhkan waktu sekitar dua puluh tahun dan mempekerjakan lebih dari
sepuluh ribu budak, dan banyak yang nyawanya melayang. Piramida terbesar berada
di Giza. Lokasi piramida di Mesir ditemukan di daerah
1.
Giza atau Gizeh
2.
Abu Simbel
3.
Saqqara
4.
Abusir
SPHINX MESIR
Sphinx adalah salah satu ‘landmark’
utama Mesir yang berasal dari peradaban kuno. Konsep
mengenai sphinx berasal dari Mesir yang kemudian menyebar ke bagian lain dunia. Versi
Yunani untuk sphinx berwujud rakasa perempuan dengan wajah feminin, payudara,
sayap, dan ekor. Menurut mitologi Mesir kuno, sphinx adalah makhluk dengan
kepala manusia dan tubuh singa. Tapi sphinx dengan kepala domba jantan,
rajawali, dan elang juga terlihat di negeri ini. Sebagian besar sphinx
digambarkan sebagai sosok laki-laki dengan beberapa pengecualian. Sphinx
dianggap sebagai penjaga makam kerajaan atau kuil oleh orang Mesir kuno
sehingga ditempatkan di sekitar struktur bangunan tersebut. Wajah sphinx Mesir
kuno biasanya menggambarkan firaun yang dianggap sebagai inkarnasi dewa
matahari.
Sphinx Mesir Kuno
Konsep sphinx berasal dari periode Kerajaan Lama Mesir.
Sphinx pertama dibuat pada masa pemerintahan penguasa dinasti Keempat yang
memerintah dari tahun 2723 SM sampai 2563 SM. Sphinx pertama tersebut diyakini
menggambarkan Ratu Hetepheres II dari dinasti yang sama. Sekarang sphinx ini
disimpan di Museum Kairo, Mesir. Sphinx Mesir yang terkenal diantaranya adalah
sphinx granit yang menggambarkan firaun wanita Hatshepsut yang sekarang
disimpan di Museum Seni Metropolitan, New York. Sphinx lain yang ditemukan di
kompleks kuil Karnak (kini Luxor) memiliki kepala seekor domba jantan. Selain
itu, telah ditemukan sekitar 900 sphinx di kuil dewa Amun. Sphinx-sphinx
tersebut dibuat oleh Raja Ramses II. Patung sang raja juga terlihat berada
diantara dua kaki depan sphinx.
V. Peradaban Romawi Kuno
Letak geografis
Wilayah Yunani merupakan wilayah
maritim artinya wilayah tersebut dikelilingi oleh laut, kecuali sebelah Utara
yang berbatasan dengan Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki, sedangkan di bagian
Barat berbatasan dengan Laut Ionia, bagian Selatan dengan Laut Tengah dan
bagian Timur dengan Laut Aegea. Selain dikelilingi laut, di wilayah Yunani
terdapat pegunungan kapur dengan lembah-lembah yang terjal. Kondisi ini membentuk
kelompok-kelompok masyarakat yang terpisah-pisah dan mandiri. Keadaan geografis
ini menciptakan bangsa Yunani kuno hidup sebagai pedagang, walaupun tanahnya
yang kurang subur sebagian di antaranya hidup sebagai petani gandum.
Penduduk
Bangsa asli yang mendiami wilayah
Yunani adalah bangsa Akaia, beberapa lama kemudian berdatangan secara
bergelombang bangsa-bangsa dari wilayah lain, seperti Achean (1500-1300 SM),
Aeolia (2000 SM), Ionia (1400 SM) dan Doria (1150 SM). Sebelum kedatangan
bangsa asing, Akaia telah memiliki peradaban yang maju, di antaranya dikenal
dengan nama Peradaban Minos (Minoa) dan Mikena (Mycenae). Percampuran bangsa
Achean dengan bangsa Akaia menghasilkan kebudayaan kuno yang berpengaruh
terhadap kebudayaan pada generasi berikutnya dan meluas ke berbagai wilayah di
Eropa, salah satunya adalah kepercayaan kepada banyak dewa.
VI. Peradaban Awal Yunani
a)
Peradaban
Pulau Kreta
Kebudayaan yang ditemukan di Pulau
Kreta adalah kebudayaan Minos (Minoa). Nama Minos diambil dari nama raja yang pernah
berkuasa, yakni Raja Minos. Kebudayaan ini terlahir dari penduduk asli orang
Yunani. Kebudayaan Pulau Kreta menyisakan bangunan-bangunan tua tersusun dengan
tata kota yang rapih. Peninggalan kebudayaan Pulau Kreta ditemukan pada tahun
1900 oleh Sir Arthur Evans saat dilakukan penggalian istana Knossos. Istana
Knossos dibuat dengan indah yang di dalamnya terdapat ruang pertemuan
antarmenteri. Selain itu, keberadaan peradaban ini didapat pada cerita Yunani
Kuno, Odysseus karangan Homerus. Di dalam ceritanya digambarkan bahwa Kreta
sebagai Kerajaan sembilan puluh kota yang makmur. Sebagai negara maritim,
masyarakat Pulau Kreta sudah melakukan perdagangan dengan negara-negara
tetangga, seperti Mesir, Pulau Sicilia, Syria dan Asia Kecil. Nama pelabuhan yang
terkenalnya adalah Phaestus.
Bangsa Pulau Kreta sudah mengenal
tulisan, ini dibuktikan dengan penemuan tiga manuskrip. Huruf yang terdapat
pada manuskrip-manuskrip tersebut adalah pictograf, namun huruf tersebut masih
sukar dibaca tetapi 88 simbol di antaranya sudah dapat diterjemahkan oleh
Michael Ventris pada 1953. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Pulau Kreta
adalah Polytheisme, sebagai dewa utama adalah Dewi Kesuburan atau Ibu Agung.
Ibu Agung memiliki bawahan yang bernama Velhanos, ia digambarkan sebagai sosok
seorang lelaki yang memiliki kekuatan luar biasa dan disamakan dengan kekuatan
banteng.
Sejarah peradaban Minos dibagi dalam
tiga tahap, yaitu Minos Kuno (3500-2300 SM), Minos Tengah (2300-1600 SM) dan
Minos Akhir (1600-1100 SM). Puncak kejayaannya terjadi pada 1700-1400 SM,
secara perlahan mengalami kemunduran akibat serbuan bangsa Achea ke Yunani dan
sering terjadinya bencana alam. Kebudayaan Minos melahirkan
kebudayaan-kebudayaan yang sangat berpengaruh terhadap Yunani, tidak hanya itu kebudayaannya
pun berkembang hingga ke Eropa dan menjadi cikal-bakal peradaban selanjutnya.
b)
sparta
Secara geografis Yunani memiliki
jajaran pegunungan yang membentang ke segala penjuru. Dalam kondisi geografi
seperti ini, orang-orang Yunani hidup secara berkelompok, karena sukarnya
transportasi dan komunikasi maka setiap kelompok memperkuat daerahnya dan hidup
secara mandiri membangun sebuah negara kota yang mereka namakan polis. Polis
Sparta terlahir sejak kedatangan bangsa Doria yang jago berperang datang ke
Yunani di Lacottia, Peloponessos bagian Timur. Tahun 736-716 SM terjadi perang
Messenia I, pada saat itu Sparta menyerang orang Messania yang tinggal di
sebelah Barat Peloponessos dan berhasil dikuasai.
Orang Messania dijadikan helot
(petani yang mengerjakan tanah negera). Tahun 650-630 terjadi Perang Messenia
II, kala itu terjadi pemberontakan orang Messenia yang ingin melepaskan dari
kekuasaan Sparta namun perang ini dapat ditumpas. Kekuatan Sparta menyebabkan
kekuasaannya semakin meluas di wilayah Peloponessos kecuali Argois dan Achaea.
Dalam keadaan seperti ini Sparta harus memperkuat dirinya dengan sistem
pemerintahan dan pertahanan yang kokoh dari serbuan para pemberontak. Dengan
alasan tersebut maka seorang negarawan Sparta yang bernama Lycurgus menggariskan
pembaharuan terhadap peraturan dan undang-undang yang mesti ditaati oleh setiap
penduduk di wilayah Peloponessos. Di antaranya adalah peraturan wajib militer
bagi setiap anak laki-laki yang sudah menginjak umur 7 hingga 60 tahun tahun,
sedangkan anak perempuan tidak diberlakukan demikian. Sistem pemerintahan di
Sparta memiliki corak seperti berikut.
Ø Kepala pemerintahan sekaligus
panglima militer adalah dua orang raja dengan kekuasaan tak terbatas dan
dilanjutkan secara turun menurun kepada anaknya.
Ø Ephor adalah dewan yang terdiri dari
5 orang, bertugas membantu kepala pemerintahan. Pada kenyataanya Ephor yang
menjadi kepala pemerintahan yang sebenarnya.
Ø Apella adalah dewan yang
berganggotakan semua warga negara Sparta.
Ø Dewan Penatua adalah 28 anggota
dewan yang sudah berusia 60 tahun ke atas.
Dalam sidang dewan, Dewan Penatua
mengajukan usulan undang-undang kepada Apella, lalu Apella mempertimbangkan
usulan, masukan dan memutuskan, namun Dewan Penatua dapat memveto keputusan
Apella seandainya terjadi kejanggalan. Apabila tidak ditemukan titik temu maka
Ephor yang memutuskan.
VII. Suku
Aztec, Maya, dan Inca
Bangsa
Indian yang berkembang di Amerika terdiri dari berbagai suku bangsa. Diantara
suku-suku bangsa Indian itu, ada yang mengenal peradaban dan kebudayaan tinggi,
seperti Suku Maya dan Aztek di Meksiko dan suku Inca di Peru.
1.
Kebudayaan Aztec
Suku
bangsa Nahua, yang terakhir tiba di tanah tinggi Meksiko, mewarisi rumpun
budaya yang luas di daerah tersebut. Salah satu diantara suku itu adalah Mexica-Aztec
atau Aztec. Pada mulanya bangsa Aztec merupakan suku yang pertama kali berjuang
di daerah pinggiran wilayah tersebut. Selama pengembaraan mereka sebagai
kelompok luar-garis, bangsa Aztec kadang-kadang mengalami kemerosotan sampai
berpakaian dedaunan dan makan serangga. Pada sekitar tahun 1325 Masehi bangsa
Aztec sampai ditempat yang sekarang menjadi kota Meksiko. Waktu itu tempat
tersebut merupakan gususan danau paya dan pulau kecil.
Di
sebuah pulau di danau Tecoco, bangsa Aztec memperoleh semacam wangsit karena
telah meihat seekor elang dengan seekor ular dimulutnya, yang sedang bertengger
pada pada sebatang kaktus. Karena menganggap hal tersebut sbeagi pertanda gaib,
para pendeta mengikrarkan bahwa pulau tersebut telah dipilih untuk bangsa Aztec
oleh dewa-dewa mereka. Distulah mereka membangun kota Tenochtitlan. Mereka
memperluas kota tersebut dengan membuat rakit-rakit yang terbuat dari anyaman
ranting dan rotan yang uruk tanah dan tanaman. Di daerah danau ini mereka
mengembangkan pertanian yang bersifat primitif. Kota Tenocthitlan yang
didirikan oleh bangsa Aztec kemudian berkembang menjadi pusat kegiatan ritual.
Bangunan pemujaan berbentuk piramid banyak didirikan.
Bangsa
Aztec adalah bangsa yang gemar berperang, bagi mereka perang merupakan bagian
dari budaya sendiri dan bagian dari sistem kepercayaan. Bangsa Aztec menyembah
banyak dewa atau politheisme. Mereka menyembah dewa matahari yaitu
Huitzilochti. Mereka mempercayai bahwa matahari adalah sumber kehidupan dan
harus terus dipelihara, agar terus beredar pada orbitnya dan berputar terbit
dan tenggelam. Untuk itu diperlukan pelumas yang murni yaitu darah manusia.
Mereka meyakini bahwa pengorbanan manusia merupakan tugas suci dan wajib
dilakukan agar dewa matahari tetap memberikan kemakmuran bagi manusia. Upacara
pengorbanan dilakukan diatas altar dipuncak piramid dengan cara
mengambil jantung korban untuk pendeta. Upacara pengorbanan manusia juga
dilakukan secara masal dengan cara membunuh banyak orang. Ada tiga hipotesis
yang dilakukan oleh para Antropolog mengenai alasan pengorbanan manusia
disamping alasan untuk pengorbanan dewa, yaitu :
Ø Pengorbanan
dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk, terutama sejak jumlah tawanan
perang meningkat dengan pesat dibandingkan dengan jumlah kelahiran.
Ø Untuk memberikan
kepada rakyat mayat-mayat yang dikorbankan sebagai sumber protein dan vitamin.
Hipotesis ini snagat lemah, karena bangsa Aztec menghasilkan jagung, kacang,
serta memlihara anjing, ayam dan kalkun.
Ø Pendapat
yang lebih rasional adalah untuk menakut-nakuti para pembangkang dan
pemberontak, agar mereka tidak melakukan perlawanan terhadap penguasa raja.
Para tawanan perang banyak dijadikan korban dan jumlah besar untuk dewa
matahari, orang-orang yang berslah juga yang bersalah juga jadi sasaran untuk jadi
korban seperti jenderal yang salah dalam memimpin perang, para koruptor, hakim
yang keliru membuat keputusan, serta pejabat negara yang berbuat salah,
termasuk orang yang memasuki daerah terlarang istana raja.
Dalam
buku Negara dan Bangsa (1990:208), disebutkan bahwa Huzlopochtli, khususnya,
demikian rakus sehingga pada upacara istimewa ribuan manusia dikorbankan
sebagai sesaji untuknya dalam waktu satu hari saja. Monte Zuma II pernah
mengorbankan 5100 orang korban dalam satu upacara peringatan tahtanya. Pada
waktu Ahuitzolt yang berkuasa pada abad ke-15, paling tidak 20.000 jiwa manusia
dijadikan korban dalam upacara. Calon korban digiring ke puncak piramid tempat
pendeta saling berebut bagian mereka masing-masing dan memotong jantung si
korban dengan pisau batu gelas, lalu memprsembahkannya hangat-hangat dan masih
berlumur darah ke batu altar sang dewa. Untuk sesaji yang sedemikian massalnya
itu, bangsa Aztec tidak dapat mengandalkan sukarelawan dan oleh sebab itu
mereka sering mengirim rombongan pejuang ke wilayah sekutunya untuk menangkapi
calon-calon korban.
Pada
puncak kejayaan kekuasaan Aztec, Tenochittlan merupakan pusat upacara berdarah
yang semakin menjadi-menjadi. Berbagai jamuan sakramental dan ritus-ritus
lainnya, menciptakan suatu kehidupan yang dibayang-bayangi oleh lambang
kematian. Bagi bangsa Aztec, darah manusia merupakan bagian upacara untuk
mencegah kehancuran dunia, yang menurut mereka ditandai oleh lenyapnya
matahari. Upacara kurban bagi bangsa Aztec bukanlah hal yang mengerikan, begitu
pula bagi calon korban. Menurut kepercayaan mereka, kematian ditangan para
pendeta merupakan suatu kehormatan. Korban itu dipersembahkan kepada dewa-dewa
dengan cara membelah dada dan mengambil hatinya, agar tidak marah dan lapar dan
mendatangkan bencana alam. Kepercayaan ini mempengaruhi pendangan orang Aztec.
Sejak masa kanak-kanak mereka telah dilatih untuk siap dijadikan kurban ritual
bila mereka tertewan dalam peperangan. Mati sebagai kurban upacara bagi mereka
berarti ikut menyumbangkan hati dan darah untuk dipersembahkan kepada dewa
matahari, dan dengan demikian ikut memperkuat matahari dalam peperangan
sehari-hari melawan gelap (malam) sehingga mereka menjadi bagian penting dari
matahari.
Bangsa
Aztec memiliki seni bangun atau arsitektur yang amat tinggi. Ketika bangsa
Spanyol datang ke kota Tenocl (Mexico City) mereka menyaksikan kemajuan bangsa
ini. Di sini terdapat bangunan-bangunan seperti aquadec atau bangunan lain,
tempat jalan raya menuju kota, jalan-jalan lebar, serta kanal yang melewati kota
serta jembatan diatasnya. Bangunan-bangunan tersebut menggunakan teknologi
tinggi menurut jamannya. Di pusat kota dibangun kuil-kuil besar sebagai
persembahan kepada dewa matahari. Tinggi bangunan tersebut 30 meter, terdiri
atas tiga tingkat, yang masing-masing tingkat memiliki 120 anak tangga. Di
bangunnya jalan-jalan dan kanal-kanal yang lebar adalah untuk memudahkan lalu
lintas orang dan barang dagangan. Dalam kegitan perdagangan tersebut mereka
memperjualbelikan bebek, ayam, kalkun, kelinci, dan rusa.
Arsitektur
bangsa Aztec tergolong sederhana, lebih mementingkan fungsi daripada keindahan
lahiriah. Di pegunungan, rumah orang Aztec terbuat dari batu bata yang dijemur,
mirip batako yang kita kenal di Indonesia. Di dataran rendah, rumah mereka
berdinding ranting-ranting atau batang padi yang diplester dengan tanah liat
dan beratapkan alang-alang. Sebagi tambahan pada tempat tinggal utama, umumnya
mereka mempunyai bangunan lain seperti tempat penyimpanan dan tempat seluruh
keluarga mandi uap. Orang Aztec yang kaya memiliki rumah dari batako atau batu
yang dibangun mengelilingi suatu Patio, yaitu ruang luas yang terbuka di tengah
rumah.
Kuil
Aztec dan bangunan lain dengan dekorasi patung merupkan salah satu karya
terindah di Amerika. Tetapi hanya sedikit peninggalan karya arsitektur Aztec
yang masih dapat ditemukan. Orang Spanyol, yang beragama kristen, telah
memusnahkan kuil-kuil dan segala peninggalan keagamaan orang Aztec. Mereka
bahkan telah menghancurkan kota lama Tenochitlan. Hasil pertanian yang diolah
di ladang-ladang pertanian adalah alpukat, kacang merah dan jagung, mereka juga
membuat kerajinan dari emas dan perak untuk perhiasan. Dari kegiatan dagang dan
jenis barang dagangannya yang diperjualbelikan dan sarana penunjang yang
dibangunnya para ahli menyimpulkan bahawa bangsa Aztec memiliki tingkat
kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Peradaban ini runtuh karena penaklukan
oleh bangsa Spanyol di bawah pimpinan Hernando Cortez pada tahun 1521.
2. Kebudayaan
Maya
Suku Maya mendiami daerah Meksiko
Selatan dan bagian-bagian Amerika Tengah lainnya. Pusat kebudayaannya terdapat
di Semenanjung Yukatan. Kota paling awal berdirinya diperkirakan pada abad ke-3
di hutan Guatemala yang lebat dan yang terakhir diperkirakan dibangun pada abad
ke-10 dan abad ke-11 pada sebuah dataran di Yukatan bagian Utara. Kota-kota ini
merupakan peninggalan orang-orang Maya yang memiliki tingkat kebudayaan yang
tinggi dengan catatan arsitektur paling beraneka ragam dan paling maju.
Kebudayaan suku Maya ini berkembang dari abad ke-1 S M sampai mulainya
penggalan Masehi.
Kebudayaan Maya berpusat pada
kehidupan agraris. Mereka menanam jagung, merica dan buah-buahan. Mereka
memelihara kalkun dan anjing serta menangkap ikan di sepanjang pantai. Mereka
juga memintal kapas dan menjualnya ke tempat lain. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa orang-orang Maya melakukan kegiatan perdagangan selain
bertani. Mereka membawa barang dagangannya langsung pada pembeli yang jaraknya
sangat jauh di Amerika Tengah.
Organisasi sosial yang dmiliki oleh suku
bangsa Maya ini ditandai dengan berkuasanya golongan elit yang kaya, yang juga
melakukan perdagangan, golongan elit juga berfungsi sebagai pemimpin upacara
ritual dalam kepercayaan mereka. Mereka juga termasuk golongan terdidik yang
mempunyai hak istimewa untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Di luar golongan
itu, ada para petani dan budak yang memiliki oleh golongan lain. Bangsa Maya
telah memiliki sistem tulisan yang mirip dengan Hierogliyph. Tulisan ini
digunakan untuk mencatat peristiwa penting. Tulisan yang mereka kembangkan
berfungsi pula sebagai sejarah pencatat kelahiran, perkawinan, dan kematian
raja-raja Maya.
Dengan berkembangnya tulisan, ilmu
pengetahuan pun berkembang, bangsa ini telah mengenal kalender dengan tahunnya
berjumlah 18 bulan yang tiap bulannya berjumlah 20 hari, dan ada yang satu
bulan berjumlah 5 hari. Sehingga pertahun ada 365 hari. Mereka juga telah
mengembangkan matematika. Selain itu, astronomi ialah salah satu ilmu yang
mereka kembangkan. Bangsa Maya kuno membangun sebuah monumen dan mendirikan
kota batu megah untuk para dewa. Sedikitnya ada 80 situs penting peninggalan
orang-orang Maya bertebaran di Amerika Tengah. Beberapa situs kuil bertinggi
lebih dari 60 meter.
Kebudayaan Maya berkembang dengan
subur terutama di Guatemala dan Yukatan. Walau demikian, kebudayaan itu
dipengaruhi kuatnya kebudayaan Teotihuakan dari Meksiko bagian tengah. Sebagai
salah satu kota terbesar di dunia, kota Teotihuakan pada masa puncaknya dihuni
oleh sekitar 100.000 penduduk yang tinggal di dalam Adobe atau rumah-rumah dari
bata mentah dan memuja dewa di piramid besar dari batu yang sampai kini masih
banyak ditemukan di dekat kota Meksiko. Dari abad ke-4 sampai abad ke-8
pengaruhnya menyebar di Amerika Tengah. Para arsitek serta tukang mencontoh pola
bangunan dan pola hiasannya. Bahkan setelah Toetihuakan jatuh ke tangan
orang-orang yang belum beradab pada tahun 700, wibawanya masih tetap hidup.
Sebagian besar bangunan yang
berjumlah lebih dari 200 di Kaminaluyu sebagai tempat peninggalan purbakala suku
bangsa Maya di pinggir batar daya kota Guatemala yang dibangun pada masa itu.
Yang terbesar di antaranya adalah batu berbentuk piramid yang tingginya lebih
dari 26 meter dengan dua ruang makam di dalamnya. Tubuh raja diletakkan di atas
panggung kayu di pusat salah satu ruang makam. Mayat ini dikitari tubuh-tubuh
lain yang diduga jenazah orang-orang yang dikurbankan untuk mengawal rajanya
menempuh perjalanan ke dunia lain. Di dalam ruangan ini juga ditemukan hiasan
dari batu-batu berharga, tulang dan kulit kerang, serta berang pecah belah yang
menunjukan kekayaan kebudayaan tersebut.
Reruntuhan Uaxactun adalah
peninggalan di daerah Maya bagian tengah yang umurnya lebih muda. Salah satu
bangunan yang berupa pelataran bekas kaki kuil berbentuk piramid bertangga
terpancang dengan tampak muka berhias. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 250
Masehi. Peninggalan semacam ini ditemukan ini juga di daerah Maya bagian
utara.Pada jaman Klasik, tahun 300-500, kebudayaan suku bangsa Maya di daerah
tengah mengalami puncak kejayaan. Arsitekturnya berkembang dengan adanya
peningkatan mutu bangunan. Salah satu cirinya adalah dikembangkannya bangunan
batu yang sebagian besar merupakan bangunan suci seperti kuil atau biara. Kuil
di Tikal yang tingginya mencapai sekitar 888 meter adalah kuil tertinggi. Biara
dalam kebudayaan Maya kadang-kadang mencakup area yang sangat luas sehingga
menyerupai kota, lebih cocok disebut tempat pusat upacara keagamaan
dilangsungkan. Namun antara tahun 800 sampai 950, pusat kegamaan tersebut satu-persatu
dilupakan dan ditinggalkan orang. Bangsa Maya mengalami keruntuhan karena
penaklukan pasukan Hernando Cortez pada tahun 1521.
3. Kebudayaan
Inca
Inca merupakan sebuah kelompok klan
yang mula-mula mendiami daerah Peru. Menurut legenda, asal-usul suku bangsa
Inca berawal dari sekelompok anak dewa matahari, yang berasal dari sebuah gua
di sebelah tenggara kota Cuzco. Bangsa Inca telah mendiami daerah Cuzco sejak
kira-kira tahun 1200. tetapi sejak penaklukan oleh kekuasaan Panchacuti dalam
tahun 1438, bangsa Inca mulai memperluas wilayahnya dengan menaklukan
daerah-daerah sekitarnya. Akhirnya mereka membentuk suatu wilayah kekuasaan
besar dan luas yang membentang dari Quito di Utara sampai Chile bagian tengah.
Bahasa Inca menyebut wilayah kekuasaannya Tabuantisuyu, artinya daerah yang
meliputi empat wilayah. Nama itu menunjukan bahwa seluruh wilayah kekuasaan
bangsa Inca terbagi menjadi menjadi empat geografis, yang dibagi menjadi lebih
dari 80 propinsi. Penguasa tertinggi berada di tangan seorang pemimpin yang
dianggap sebagai wakil dewa matahari.
Kebudayaan Inca berkembang di
sepanjang belahan barat Amerika Serikat terutama Peru. Bukti-bukti arkeologis
mengenai keberadaan kebudayaan Inca, yang berasal dari fase Killke (1200-1380),
ditemukan di daerah sekitar Cuzco di dataran tinggi Peru bagian selatan.
Berdasarkan hasil evakuasi terhadap sistus-situs di daerah tersebut diperoleh
gambaran bahwa Inca ketika itu hanyalah merupakan suatu wilayah yang kecil
saja.
Seperti halnya suku bangsa lainnya
Amerika, bangsa Inca memiliki watak militer sehingga perluasan wilayah Imperium
dilakukan dengan cara peperangan. Sejak kekuasaan dipegang oleh Pachacuti yang
memerintah tahun 1438 1471, Inca memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menaklukan daerah-daerah sekitarnya. Selama pemerintahan Topa Inca sebagai
pengganti Pachacuti, wilayah kekuasaan Inca diperluas dengan manklukan
daerah-daerah Pantai Peru bagian selatan, Bolivia Selatan., Argebtina barat
laut, dan Chile. Pengganti Topa Inca adalah Huayna Capac yang memerintah dari
tahun 1493 sampai tahun 1525 M. setelah meniggalnya Huayna Capac, terjadi
perebutan kekuasaan antara Huascar dan Attahualpa.
Bangsa Inca memiliki mata pencaharian
dari kehidupan agraris atau pertanian. Sejak tahun 6001000 Masehi, bangsa Inca
telah berkembang dalam bidang pertanian. Mereka membuat sistem terasering untuk
menahan banjir. Untuk mengolah tanah, mereka menggunakan bajak yang terbuat
dari perunggu. Tanaman yang bayak ditanam oleh masyarakat Inca adalah
kacang-kacangan, jagung, merica, tomat, dan kentang. Hasil pertanian ini
digunakan untuk mmenuhi konsumsi petani, juga untuk makan tentara dalam jumlah
besar, golongan birokrasi dan ribuan buruh pabrik. Minuman khas dari bangsa
Inca adalah Chica yaitu semacam bir yang terbuat dari jagung.
Bangsa Inca adalah bangsa yang
bersifat nasional. Penggunaan bahasa nasional dipaksanakan oleh raja kepada
penduduknya. Pada masa Topa Inca, bahasa Quechua ditetapkan sebagai lingua
franca di seluruh wilayah Tahuanntinsuyu. Bangsa Inca memiliki organisasi
masyarakat yang teratur. Sebagai unit dasar atau paling bawah dari organisasi
masyarakat Inca adalah ayllu, yaitu keluarga yang bersifat endogama
berdasar garis keturunan laki-laki. Kelompok ayllu yang bersal dari
satu wilayah kemudian membentuk kelompok lebih besar yang disebut saya.
Tiap-tiap wilayah (propinsi) biasanya terdiri atas dua atau tiga wilayah
administratif (waman). Kekuasaan tertinggi pemerintah Inca terdiri ada ditangan
seorang kaisar yang menyatakan dirinya sebagai keturunan dewa matahari Inti. Oleh
karena itu gelar yang dipakai penguasai Inca dalah Intip Cori (yang bererti
Putra Dewa Matahari). Di bawahnya adalah pejabat yang disebut apo
sebagai penguasa tiap-tiap wilayah bagian (4 wilayah). Di bawah apo ada tokrikoq
yang menjadi penguasa tiap propinsi.
Bangsa Inca memiliki ilmu pengetahuan
yang maju dan berkembang. Walaupun ilmu pengetahuan yang berkembang di Inca
tidak dapat mengungguli perkembangan ilmu pengatahuan di Aztec dan Maya. Dalam
bidang Matematika dan Astronomi bangsa Inca tidak dapat mengungguli kemajuan di
Aztec dan Maya. Bangsa Inca memiliki perkembangan yang pesat dalam bidang
kesenian, terutama seni bangun. Seperti dalam pembuatan tekstil dan keramik,
pembangunan benteng-benteng pertahanan, dan jalan-jalan raya yang lebar. Kemajuan
bidang seni ini tidak dapat dipisahkan dari kemmapuan pemerintah mengatur
masyarakat. Dalam bidang sosial, raja sangat menarruh perhatian dalam hal
perkawinan. Laki-laki atau perempuan yang sudah dewasa dan belum memiliki
pasangan diplilihkan orang lain lain sebagai pendampingnya. Kemudian mereka
dikawinkan dalam upacara umum.
Dalam bidang religi, bangsa Inca
mempercayai dewa matahari. Raja-raja mereka dipercaya memiliki hubungan
genealogis atau asal-usul keturunan dengan dewa matahari. Dewa matahari ternyata
sangat besar pengaruhnya dalam masyarakat Inca dan bahkan pada masyarakat Inca
terdapat suatu kepercayaan bahwa dewa Matahari itulah yang menurunkan keluarga
raja Inca. Oleh karena itu, setiap raja yang sedang memerintah dipandang sama
dengan dewa matahari. Tidak diketahui dengan pasti, apakah bangsa Inca juga
melakukan upacara pengorbanan manusia seperti bangsa Aztec. Di samping memuja
dewa matahari, masyarakat Inca juga melakukan pemujaan terhadap roh para
leluhurnya. Pemujaan itu dilakukan dengan suatu upacara yang luar biasa
besarnya. Di Kuzko mereka menyimpan mummi dalam bungkusan kain, konon mummi itu
adalah para Raja yang memerintah pada zaman Manko Kapak (Inca yang pertama).
Mummi tersebut ditempatkan pada sebuah rumah yang megah, seperti istana,
sekakan-akan mereka masih hidup secara bergantian dikeluarkan untuk menyaksikan
upacara. Anggota keluarga raja yang kurang penting, para bangsawan tinggi dan
rakyat yang mampu mengawetkan jenazah keluarganya.
Kepercayaan terhadap dewa di Inca
tidak memainkan peranan yang meliputi seluruh kehidupan namun kerajaan Inca
mempunyai lembaga agama yang mantap sebagai bagian dari pemerintah dan berada
di bawah pemerintahan.Perkembangan kebudayaan Inca yang begitu tinggi ini
akhirnya mengalami kehancuran. Bangsa Inca mengalami keruntuhan karena
penaklukan pasukan Francisco Pizzaro tahun 1533.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar